Ketika kita merasakan beberapa masalah dalam kehidupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan keadaan diri kita sering sekali kita merasakan penyakit yang biasa disebut jemu atau tuk sekarang lebih familiar dengan sebutan BETE atau GALAU... kenapa rasa bete atau galau itu bisa timbul dalam diri kita??? apakah ini sifat manusiawi???"
Tidak bisa kita pungkiri jika kita semua pernah mersakan hal demikian, ya itu mungkin sifat manusiawi yang harus kita jalani. jika kita iseng tuk mengotak atik kenapa itu bisa terjadi dalam diri kita maka akan kita temui jawabannya, pada saat kita galau atau bete itu adalah saatnya jia kita itu membutuhkan perjalanan spiritual yang semestinya kita lakukan dalam keadaan penuh kesadaran yaitu kita mengingat bahwa kita sangat membenarkan bahwa diri kita membutuhkan sosok Tuhan. ya inilah sebenarnya yang terjadi ketika kita Bete bin Galau. secara sadar atau tidak ketika kita dalam keadaan ini kita lebih sering mengingat Tuhan dan sangat membutuhkan pertolongan-Nya dan mengakui kelemahan kita sebagai makhluk yang sangat lemah dalam menghadapi semua proses kehidupan ini. Sekian dulu ya postingan kli ni coz mo nerusin galau lagi nih.. heheheheee cayoooo...
Label:
JIwa
klo ada kawan-kawan yang mau pake jasa photo saya hub saya aja ya...021-92913730
ya siapa tau bisa terpuaskan heheheeee......
Label:
jeprat-jepret
Makalah ke 35
Dari Hamid Al Lakaf bahwa telah datang kepadanya seorang lelaki yang bertanya "Berilah aku wasiat yang bermanfaat" maka ia berkata ia (Hamid Al Lakaf) berkata "Jadilah pembungkus agamamu, seperti pembungkus Ash Shuhuf (kitab-kitab suci)"
lalu ia ditanya, "Apakah pembungkus agama itu" ia menjawab "Pembungkus agama itu adalah jangan banyak bicara kecuali perlu, meninggalkan duniawi kecuali perlu, jangan bergaul dengan manusia kecuali yang perlu."
Nabi Sulaiman atau Luqman berkata "Apabila bicara uitu bagaikan perak maka diam bagaikan emas." Maksudnya adalah apabila bicara dalam kebaikan itu nilainya seperti perak maka diam dari kejelekan nilainya seperti emas.
Tambahan:
Menurut Syekh Abdul Qodir Al Jaelani, manusia iitu terbagi menjad 4 bagian:
1. Orang berlisan tapi tidak berhati yaitu orang yang durhaka. hati-hatilah engkau jangan sampai seperti mereka.
2. Orang yang berlisan tapi tidak berhati sehingga ia bicara dengan hikmah (ilmu dan kata mutiara0 tapi tidak mengamalkannya. Ia mangajak manusia beriman dan beramal sholeh serta takwa kepada Allah sementara dia sendiri menjauhi Allah. Jauhilah mereka supaya kamu tidak tertipu oleh keindahan perkataan mereka yang bisa membuatmu terbakar oleh kemaksiatan atau terbunuh oleh kebusukan hati mereka.
3. Orang yang memiliki hati tapi tidak memiliki lisan, yaitu mukmin yang pandangannya ditutupi oleh Allah dari kejelekan makhlukNya dan Allah memperlihatkan aib dirinya sendiri, hatinya terang dan pandai bergaul. Orang ini termasuk wali Allah, maka bergaulllah engkau dengannya niscaya Allah mencintaimu.
4. Orang yang belajar dan mengajar serta mengamalkan ilmunya. Ia mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah dan Allah melapangkan dadanya untuk siap menerima macam-macam ilmu. Karenanya dekatilah ia untuk meminta nasihat kepadanya.
Kemudian ketahuilah bahwa asal dari kata zuhud adalah menjauhi hal-hal yang diharamkan yang besar besar dan yang kecil, dan mengerjakan segala sesuatu yang diwajibkan baik itu yang mudah maupun yang sulit(berat) serta meninggalkan dunia kepada ahlinya yang sedikit dan yang banyak.
Keterangan:
Siapa tidak memiliki sifat wara' maka tidak sah baginya zuhud. Siapa yang yang tidak bertobat maka tidak sah baginya inabah. Siapa yang tidak qona'ah maka tidak sah baginya tawakkal dan siapa yang tidak bertawakkal maka tidak sah baginya taslim.
Wara' yaitu menjauhkan segala sesuatu yang diharamkan, yang dimakruhkan dan yang syubhat
Syubhat yaitu sesuatu yang tidak jeas hukumnya, halal atau haram.
Tobat yaitu menegakkan segala hak-hak Allah.
Inabah yaitu mengekluarkan hati dari segala kegelapan dan kesamaran.
Qona'ah yaitu hidup menerima apa yang di tentuka Allah atau hidup apa adanya.
Tawakkal yaitu menyandarkan diri atau mengharapkan sesuatu pada apa yang ada di sisi Allah dan tidak mengharapkan apa-apa yang ada di tangan manusia.
Taslim ialah berserah diri pada hukum Allah dan tidak menghindarkan diri dalam hal yang ia tidak setujui dengannya.
Label:
nashoihul 'ibad
Langganan:
Postingan (Atom)